Turis China dan Imigrasi +62

Baru saja dengar di radio Elshinta soal komplain kedutaan China bahwa banyak turis China dikerjain dan dipalaki saat masuk +62 di CGK.

Terus narasumber berkilah ada aksi ada reaksi.  Bahwa "turis" itu memanfaakan visa on arrival yang seharusnya hanya boleh untuk turis benaran, turis yang hanya jalan-jalan, bukan yang untuk bekerja atau berbisnis. Padahal sang "turis" itu sebenarnya bekerja dan berbisnis. Jadi oleh "oknum" imigrasi dimanfaatkan untuk cari duit.

Ada pendengar komen bahwa janganlah mencari pembenaran, dan pendengar lain mengatakan bahwa itu di  imigrasi sudah biasa bahkan terhadap warga negara sendiri petugas imigrasi sering melakukan pemerasan (maka dari itu saya beri tanda kutip dalam kata oknum, tentu pembaca mengerti apa maksudnya).

Nara sumber menjawab bukan mencari pembenaran. He he he... Kalau bukan mecari pembenaran kenapa sebut ada aksi ada reaksi? Lalu mengapa pemerintah juga baru beraksi setelah ada protes dari kedutaan RRT?

Intinya: kalau petugas imigrasi bersih, berintegritas, langsung saja tolak masuk dan deportasi saat terbukti para "turis" itu sebenarnya bukan turis tapi mau bekerja dan berbisnis, maka pastilah si turis turis palsu itu akan kapok dan tak berani lagi datang dengan viaa on arrival.

Jadi kalau ada rakyat agau orang asing menyogok petugas (pejabat) negara, dan si pejabat BERINTERGITAS menegakkan peraturan dan bukan memberi sinyal untuk minta duit sogokan, apakah rakyat dan orang asing berani menyogok??? Di prit polisi di jalan kalau mau nyogok lalu langsung diborgol, siapa yang berani menyogok lagi??

Jadi ingatlah hai para NARA SUMBER dan para PEJABAT, intinya ada di INTEGRITAS MENTAL PARA PEMENGANG DAN PENEGAK ATURAN alias para pejabat. Jangan selalu menuding kepada yang menyogok!!!

Terlalu banyak "oknum" di negeri ini. Sudah bosan kami akan kata oknum!!!

Salam Sejahtera! MMB!!
GTL, 250202-12:35WIB