KEBAKARAN BESAR DI Los Angeles, California

Ups, semalam dan pagi ini ramai beredar video soal kebakaran besar yang terjadi, dan dalam video ada disertai berbagai tulisan, diantaranya:

- Holywood mengejek Tuhan

- Ingat jangan mengejek Tuhan karena Dia adalah Api yang menghanguskan

- ⁠Donald Trump: Timur Tengah akan terbakar, nyatanya LA yg bagai api neraka

Busyet deh!! Kok bencana dijadikan bahan jualan agama dan bahan ejekan?? Lalu diforward dan diposting di group lulusan para enjinir pula??

Prihatin saya melihat posting seperti itu. Posting itu tendensius, mau mengagungkan diri sebagai orang beragama? Menakuti orang agar ke rumah ibadah? Mengatakan Tuhan menghukum? Mengatakan seolah ucapan Trump berbalik hingga LA yang kena tulah? Kok bukan prihatin malah jadi seolah mengutuk?

Menurut saya, sebagai enjinir, sebagai sarjana, yang pasti eksplisit atau implisit mengaku sebagai kaum terdidik, seharusnya kita berpikir rasional. Mencari fakta mengapa bisa terjadi kebakaran besar itu? Mengapa begitu cepat menyebar? Apa yang salah atau kurang sehingga tidak dapat dipadamkan dengan cepat? Mengapa juga sudah beberapa kali terjadi, di LA sendiri, tahun lalu juga terjadi tidak jauh dari Vancouver Kanada, juga kebakaran semak yang beberapa kali terjadi juga di Australia, juga di negeri kita sendiri di daerah Riau hingga Singapore repot protes soal asap yang sampai di negaranya. Apakah itu karena pengaruh perubahan iklim (climate change), bumi yang semakin panas (global warming), kelembaban udara yang rendah? Perumahan yang terlalu padat? Semak belukar dan pepohonan yang kurang terjaga? Disiplin warga yang sembarang membuang puntung rokok atau sembrono dalam membakar sesuatu? Apakah pipa gas ikut berkontribusi terhadap cepatnya api melahap bangunan? Dan barangkali banyak lagi faktor lain?

Lalu barangkali berdiskusi apa yang bisa dilakukan ke depan agar tidak terjadi bencana seperti itu lagi?

Janganlah bencana yang menghanguskan ribuan rumah dan mengakibatkan banyak orang kehilangan tempat tinggal, harta benda dan bahkan nyawa dijadikan lahan untuk “jualan agama” dan “bahan ejekan”.

Kita ini hidup di dunia, di dunia nyata, bukan di neraka atau di sorga yang hanya berupa keyakinan dan kepercayaan. Seyogyanya berpikir dan bekerja dalam ranah kehidupan nyata dulu. Kemudian berdoa dan berpasrah setelah berusaha terlebih dahulu. Apalagi sebagai kaum terdidik, sebagai enjinir, jangan belum berpikir secara ilmiah sudah langsung bawa-bawa sang pencipta.

By the way, saya percaya bukan Tuhan yang menghukum, melainkan ketololan - keserakahan dan kesombangan manusia itu sendiri yang sering merasa paling hebat dibanding makhluk lain yang ikut berkontribusi terhadap bencana, misalnya: bencana longsor, bencana kebakaran besar dll.  Tentu ada bencana yang benar-benar terjadi akibat alam itu sendiri, misal: gempa bumi, letusan gunung api, dll yang sejenis.

Mari berpikir rasional, belajar, berusaha, dan berkarya nyata demi kehidupan yang lebih baik. Tentu bagi yang percaya, juga disertai doa, doa yang baik dan tidak menghakimi lain orang.

Salam sejahtera,MMB
GTL, 250112-10:30WIB (dari dalam pesawat Citilink)