Evolusi Sains vs Agama

Pandangan Stephen Hawking: Sains lebih dinamik, selalu mengkoreksi diri. Dibanding dogma agama yang statik.

Saya tentu bukan apa-apa jika dibanding Hawking yang super brilliant. Dalam cacatnya masih bisa menghasilkan karya-karya besar. Beliau adalah salah satu tokoh fisika yang paling banyak saya baca buku-bukunya, dan terus terang saja banyak juga yang saya masih tidak mengerti dan hanya meraba-raba salam gelap dengan barangkali setitik cahaya saja.

Namun, saya mau bilang soal evolusi agama saja nih. Menurut saya sih: Agama dan aliran kepercayaan juga berevolusi, cuma saja berevolusinya sampai tahap tertentu mengikuti jalannya science. Dalam arti terpaksa mengkoreksi diri terhadap sains kalau tidak ingin ditinggalkan umatnya

Begini, dulu:

Api ada dewa api

Angin ada dewa angin

Laut ada dewa laut

Badai dianggap dewa angin ngamuk

dst… dst…

Lalu ada dewa cinta

Ada Zeus, ada siapa lagi ya?

Sekarang itu semua jadi legenda

Muncullah agama “modern” dengan berbagai alirannya. Mulailah konsep Tuhan yang tunggal.

Katolik juga berevolusi, Galileo dihukum mati hanya karena bilang bumi memutari matahari, terbalik dari keyakinan dan kepercayaan saat itu. Akhirnya? Kita tahu Galileo yang benar. By the way, waktu itu gereja minta maaf gak ya sama Galileo?

Sekarang juga ada yang mulai berevolusi lagi dengan membolehkan LGBT.

Kalau agama tidak ikut berevolusi menyesuaikan dogma nya. Agama besar pun akhirnya akan jadi cerita sejarah dan legenda saja.

Hanya saja kalau sains berevolusi relatif lebih cepat, agama barangkali evolusinya dengan kecepatan 1/500 nya science?

Demikian sedikit pendapat dan pandangan saya, yang satu titik dalam selembar kertas A0 pun tidak ada jika dibanding Hawking.

Salam Sejahtera,MMB
GTL, 240112-15:20WIB