Darah Guru

Leluhur kami dari HokKian. Papa masih kelahiran sana. Ditinggal papa mamanya sejak usia 4 tahun. Papa saya dibesarkan oleh neneknya. Baru datang kumpul dan bertemu dengan papa mamanya di Indonesia setelah beliau berusia 19 tahun.

Papa mama saya juga guru.

Dari keluarga papa saya ada 3 yang menjadi guru dari 11 saudara, dari mama saya 3 jadi guru dari 7, 1 jadi kepala sekolah dan sarjana yang jaman dulu disambut orang sekampung saat beliau lulus dan semuanya dari yang saya sebutkan di atas (kecuali 2) mengajar di Indonesia.

Saya mencantumkan gelar dalam pengumuman bukan untuk pamer. Tetapi sebagai penghargaan kepada papa mama saya yang memang lebih mementingkan pendidikan serta etika moral dibanding mendorong kami menjadi kaya.

Ajaran papa saya:

Jangan mencari uang dari keringat darah orang lain!

Lalu dikatakan beliau:

Pakai tenaga cari duit bisa mati kelaparan (ini terjadi pada kakek buyut papa saya yang digebuki orang karena mengambil ketela di kebun saat satu anak dan istrinya wafat karena kelaparan, demi anak yang tinggal satu yaitu kakek buyut saya beliau 'mencuri' ketela di kebun orang lalu digebuki).

Pakai otak cari duit cukup makan cukup pakai dan bisa mendidik orang sekeliling (darah guru mengalir pada beliau).

Mau kaya uang cari uang artinya jadi pebisnis. Namun beliau mengatakan tak perlu menjadi kaya raya. Karena ingin kaya raya sering harus berbenturan dengan moral.

Begitu ujarnya.

Oh ya, yang menuruni jadi guru adalah saya dan adik ke 5 saya yang menjadi dosen (namun adik ke 5 saya sudah meninggal 14 Nov 2021 kemarin). Lalu darah menjadi guru mengalir pada putra saya Anthony yang menjadi dosen di Binus dan sangat bagus kalau mengajar. Saya bilang malah lebih baik dari saya cara mengajarnya.

Terima kasih.

Salam Sejahtera,

GTL, 220624 (2)