Membaca tulisan WA sbb: "Tentu orang-orang hebat ada di puncak, tetapi yang di bawah jangan pula parah-parah sekali. Kalau menurut aku sistem pendidikan kita masih menghasilkan di puncak beberapa orang dan ke bawah langsung parah bang. Terus yang bawah dipaksa ikut sistem yang hanya mampu diikuti yang dipuncak pyramida bang.🙏"
Saya merasa tergelitik untuk menulis sebagai berikut:
Sebenarnya kalau kita cukup cermat, hal ini terjadi dimana-mana, praktis di dunia internasional juga demikan adanya. Bukan hanya di negera kita.
Pengalaman saya ikut seminar offline international tidak jarang pembicara2nya juga maaf saja penguasaan materi nya lemah, bahkan ada juga yang salah total. Bahkan ada juga yang diundang jadi keynote disini penguasaannya ternyata lemah, cuma jago omong saja. Telihat jelas dari jawaban-jawabannya yang mengambang saat ditanya.
Di semua industri dan profesi pasti akan ada yang di puncak piramid atau katakan di 1/3 piramid teratas, mengapa mereka bisa sampai disitu atau bahkan di atas, katakanlah top 10 di profesinya atau di bisnisnya? Karena mereka tahan jatuh bangun, tidak mudah menyerah, bersikap mencari, bukan menunggu dan tidak selalu cari gratis, melakukan introspeksi, punya role-model, punya target. Mereka keluar modal tenaga, waktu dan duit walau dengan cara sehemat mungkin. Mereka berjuang keras, membaca dan belajar lebih banyak dari orang lain. Makanya mereka bisa di puncak. Ada yang bilang mereka jenius. Jenius kalau malas juga sama saja gak bisa jadi top.
Invest uang dan waktu, untuk waktu minimal 10ribu jam maka niscaya anda akan menjadi ahli Mengapa saya katakan invest uang, karena kita manusia, secara naluri selalu tidak mau rugi, semakin banyak kita keluar uang, semakin banyak yang ingin kita dapat. Nah kalau kita keluar uang untuk belajar, kita akan lebih serius dalam belajar. Kalau gratis? Kecenderungan di atas biasanya tidak ada (tentu ada kekecualian yah).
Tentu saja saya setuju kalau sistem pendidikan juga harus mawas diri, selalu berusaha memperbaiki sistem, supaya gap tidak terlalu jauh. Minimal dari puncak tidak langsung jomplang ke bawah. Karena kalau terlalu lebar perbedaan kemampuan, maka kemajuan negara dan masyarakat juga akan lambat.
Oh ya, sekedar sharing, dulu waktu saya sekolah jika ada yang pintar dan berprestasi di depan saya, atau guru saya yang terkesan sangat pandai, maka saya berprinsip, mereka belajar 3 jam sehari, saya belajar 5 jam sehari, masa saya gak bisa? Prinsip yang sama saya terapkan waktu latihan kungfu. Di awal-awal dulu, usia 14-15an saya sering kali kena tonjok waktu fight, bahkan sama perempuan saja kalah. Jadi yang paling parah dalam barisan fight. Namun saya terapkan prinsip yang sama, berlatih lebih keras dan lebih lama, masa gak bisa menang. Alhasil dalam 4 tahun dari yang paling bego dari sekitar 20 murid, saya akhirnya berhasil menjadi murid yang teratas, itu terjadi di dua perguruan yang saya ikuti. Tetapi dalam perjalanannya? Ya ..... kenyang kena tonjok!!!
Itu pendapat saya. Tidak apa kalau tidak setuju.
Salam Sejahtera, MMB
GTL, 220923-14:32WIB