Mimpi Sukses

Semua pasti ingin sukses. Tinggal bagaimana seseorang mendefinisikan sukses bagi dirinya sendiri.

Ada mimpi alias cita-cita. Apapun itu isi mimpi atau cita-citanya, kalau tidak mulai dijalani pasti tak ada hasil.  Tinggal angin kosong yang berlalu.

Dijalani, pasti akan banyak benturan dan hambatan. Bisa jadi berhasil bagus, bisa gagal. Gagal ya dievaluasi, mengapa gagal, diperbaiki, dan coba lagi, suatu saat pasti berhasil. Jangan terlalu cepat putus asa. Orang yang cepat putus asa maka pasti tidak akan ada hasil apapun.

Sekolah, ujian susah, nyerah, ya habis. Ujian asal lulus, ya otak kosong atau cuma seperempat dari seharusnya, walau gelar di depan dan belakang nama bisa jadi berderet-deret.

Menikah, ribut-ribut, putus asa, pasti gagal, dan bubar.

Bekerja, bos cerewet, teman kerja kepo, dan segudang alasan lainnya, pindah sana pindah sini, dijamin usia 50an pasti finansial kalah sama teman-teman lain.

Buka usaha A, sepi, tutup. Pindah B, pindah C, ujungnya kalau terlau cepat pindah-pindah, jalan tanpa arah, ya jangan harap sukses.

Pengalaman saya:

Usia belasan sakit-sakitan, dokter sering geleng-geleng kepala sambil berujar: Kasihan ini anak, masih belia paru-paru sudah lemah. Lawan dengan olah raga walau dokter bilang jalan olah raga berat dan jangan renang, saya malah lari di hari hujan, Palmerah Utara-Selatan-keliling GBK-Gatsu-Slipi-Palmerah. Kalah tuh penyakit yang mengakibatkan paru saya disuntik jarum panjang dua kali untuk sedot cairan, dan setelah itu disuntik tiap minggu hingga 40x dan makan obat sampai ratusan butir. Sampai kini tak lagi ada itu masalah paru.

Akhir SMA dengan status stateless, alias tak diaku WNI walau lahir disini, mau kuliah, ujian masuk perguruan tinggi negeri saja tak boleh. Sadar akan hal itu, prestasi harus bagus, sadar saingan masuk perguruan tinggi swasta papan atas pasti berat. Hemat uang dengan lari dan jalan kaki seminggu 3 kali Palmerah-SMA2 di Gajah Mada kota sejarak 8km, uang buat beli buku Siki Mulyono, buku matematik dan buku Fisika. Belajar lebih giat, akhirnya tercapai masuk Unpar.

Melihat dan memilih geoteknik sebagai karir, jalani, belajar dan terus belajar, 1986 mulai terasa hasilnya, perlahan tapi pasti dengan terus belajar dan bekerja, menyisihkan sebagian hasil dengan konsisten berinvestasi ke ilmu geoteknik. Hasilnya? Walau tidak kelas dunia, ya cukuplah, berhasil mengangkat kehidupan diri dan keluarga. Soal beken atau tidak, itu terserah masyarakat enjiniring dan pemakai jasa geoteknik yang menilai.

Tahun 1998 tertimpa krisis ekonomi dan krisis sosial parah. Lalu bertanya kok bisa dari belasan proyek yang dijalani lalu tiba-tiba berhenti total dan Indonesia terpuruk berat? Baca buku, belajar ekonomi sapai dapat gelar Chartered Financial Consultant. Terjun ke dunia asuransi, banyak kerabat dan teman yang mempertanyakan apa tidak salah pilih? Dari enjinir kelas atas pindah ke salesman asuransi? Saya jalani, tahu-tahu sudah 24 tahun berjalan tandem dengan geoteknik. Tak terasa piala dari dunia asuransi sudah berjejer 3 lemari.

Nah sukseskah saya? Terserah penilaian orang lain. Namun, paling tidak yah berhasil dalam ukuran saya sendiri, sedikit banyak berhasil membantu keluarga besar. Dalam keluarga sendiri berhasil menyediakan sandang pangan dan pendidikan yang memadai. Berhasil menyekolahkan anak ke luar negeri, yang dulu hanya jadi idaman saya pribadi. Menyekolahkan satu putra hingga level PhD Geoteknik dan satu puteri hingga ke level animator yang berhasil turut serta dalam meng-animasi film pemenang Oscar Spiderman into The Spider Verse.

Mengirikah saya pada teman yang tidak sekolah tinggi namun secara keuangan puluhan bahkan ratusan kali di atas saya? Kalau iri dalam pengertian pengen juga kaya raya ya pasti ada. Tapi yah saya tahu kalau saya bukanlah pebisnis, saya enjinir. Jadi ya tidak menyesal kok saya jadi enjinir, agen asuransi dan dosen paruh waktu.

Intinya, saya ingin berbagi bahwa:

Jalan apapun yang kita pilih, asalkan dijalani dengan sepenuh hati, pikiran dan tenaga serta dengan tujuan baik dan jelas, pasti berhasil.

Tinggal hasilnya itu secara ekonomi bisa seberapa besar, yah pasrah dan terima saja. Yang penting semua dijalankan dengan iklhas dan halal. Jangan menempuh jalan abu-abu, apalagi hitam.

Salam Sejahtera, MMB

GTL, 230902-11:12WIB