Apalah artinya sebuah gelar apabila di kepalamu kosong. Dan apalagi artinya sebuah gelar kalau merasa kepala banyak isi tapi prakteknya ngawur, SALAH SANA SALAH SINI?? Salah satu contoh masa hasil Analisa menghasilkan FK Gempa lebih besar dari FK Statik (FK= Faktor keamanan), ini dikerjakan seorang pengajar bergelar S3 loh.
Di Indonesia kita pasang semua gelar dari S1 sampai S3 plus keanggotaan.
Contoh, kalau dipasang semua nih nantinya
Prof. Dr. Ir. MabokGelar ST. M.Eng, ChFC, HATTI, HAKI, PII, STRI, SKA, IPTB DKI, IPTB JABAR, SEAGS, ISSMGE.
Nah loh... Bukankah kalua sudah S3 berarti sudah ada gelar S1 S2. Jadi gelar S1 dan S2 gak perlu dipasang lagi. Kalau sudah Profesor artinya pasti sudah adah S1 s.d S3 jadi gelar S1 sampai S3 gak perlu dipasang lagi.
Padahal di luar negeri kalau masih satu jurusan maka sesudah S3 gelar S1 S2 tidak lagi dipasang, sesudah prof gelar S3 juga gak dipasang lagi. Juga keanggotaan dan profesional engineer nya tidak dipasang lagi. Kalaupun dipasang maka keanggotaan asosiasi profesi itu tidak dipasang di belakang nama. Tetapi di bawah nama, jadi ditulis nya begini:
Prof. LAPARILMU, ChFC
Professional Engineer
M.SEAGS, M.ISSMGE, M.HATTI, M.HAKI
Kalaupun professional engineer nya dipasang di belakang nama maka jadi:
Dr. LaparIlmu P. Eng.
atau
Prof. LaparIlmu P. Eng
Nah.... Loh.... kita mau adu panjang gelar kah? Atau adu dalam ilmu??
Maaf ya, apakah sekolah keinsinyurannya mengajarkan ilmu-ilmu teknik canggih? Atau hanya etik dan administratif plus belajar menulis pengalaman engineering?
GTL, 210130