Mengenai pertanyaan mengapa berat hammer dalam PDA test disyaratkan 1.5-2.0% kapasitas ultimate tiang atau 7% masa (berat) tiang, kira2 jawabannya sbb:
Penentuan berat drop hammer untuk menguji tiang ini secara teori mestinya sih ada hubungannya dengan soil dynamic. Formula dasar soil dynamic menyebut F(x) = m.a + c.v + k.x
Dimana dalam hal dynamic load test, m=masa tiang, a=percepatan tiang saat mengalami pukulan dari drop hammer, c = koef.redaman akibat interaksi tanah tiang, v=kecepatan gerak tiang saat kena pukul, k=konstanta pegas tanah(berhubungan dengan friksi), x=pergerakan tiang saat dipukul, dan F(x)=gaya yang diberikan drop hammer yg sama dengan masa x tinggi jatuh. Persamaan diatas mungkin masih harus ditambah dengan reaksi ujung tiang, dan ini perlu diformulasikan lebih lanjut.
Nah, tentunya F(x) harus cukup besar agar tiang bisa bergerak, dan a, v, dan x terjadi. Nah dari perhitungan itu masa hammer dan tinggi jatuh bisa dihitung.
Program semacam GRL weap pastinya sih menggunakan prinsip soil dynamic dan kombinasi dengan persamaan gelombang untuk menghitung berat hammer.
Secara garis besar saya kira begitu jawabannya.
Oh yah, satu lagi, sebutan PDA test sebenarnya lebih tepat untuk tiang pancang yang sedang dipancang. PDA itu singkatan dari Pile Driving Analysis = Analisa Pemancangan Tiang. Malau tiang sudah terpancang atau tiang bor sudah tertanam, kemudian diuji dengan alat PDA dengan menjatuhkan hammer dari ketinggian tertentu, itu bukan proses pemancangan, melainkan proses pengujian tiang secara dinamik. Disebut dinamik karena dipukul dan menimbulkan gerak instant serta gelombang tekan dalam tiang. Jadi dalam hal ini kalau pakai istilah PDA itu adalah salah kaprah, lebih tepat disebut DLT=Dynamic Load Test.
Jadi mulai saat ini yok ubah sebutannya jadi DLT, yaitu pengujian kapasitas tiang dengan alat uji dinamik (yg kadung disebut PDA) terhadap tiang yg sudah tertanam.
GTL, 210925