Sudah banyak berita anak-anak muda, yang notabene anak sekolah, di kota-kota di negara kita ini tawuran, kebut-kebutan naik motor, bawa-bawa celurit, membacok orang! Ampun membaca dan melihat videonya!
Di luar negeri bila melihat anak-anak berseragam rapi berjalan, kita tidak merasa khawatir malah ingin ngajak foto bersama. Disini bila melihat mereka bergerombol, kita malah takut. Apalagi lihat mereka kebut-kebutan, bawa-bawa celurit, dan senjata tajam lainnya, buru-buru kita menyingkir.
Ada komentar itu oknum, itu sedikit dan di negara lain juga ada? Loh kok jadi mencari alasan untuk 'mengelak' atau 'menghindar dari kenyataan bahwa itu adalah keburukan yang perlu diatasi, perlu dikurangi atau bahkan ditiadakan.
Buat saya melihat generasi muda naik motor tanpa disiplin, tawuran, bawa-bawa senjata, itu sangat-sangat menyedihkan!!
Menurut saya ada beberapa hal mengapa anak-anak itu jadi ngawur dan tawuran di jalan-jalan Begini pendapat saya:
- Tidak ada pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan etika di sekolah, ini adalah kegagalan pendidikan di sekolah. Kegagalan penyusun kurikulum dari departemen pendidikan. Seharusnya pendidikan itu dimulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat satu di Universitas dengan kedalaman yang berbeda tentunya.
- Pelajaran agama banyak hanya mengajarkan kaidah-kaidah dan dogma agama, dan urusan surga. Banyak hanya mengajarkan hafalan dan bukan mengajarkan bagaimana agama itu mengajarkan moral hidup baik, moral hidup berdamai dan kebersamaan.
- Orang tua bersalah? Ya kalau orang tua itu berduit. Kalau orang tua yang buat makan saja susah, dari pagi sudah keluar dan malam baru pulang, waktunya untuk mendidik anak pasti lebih sedikit bahkan mungkin bisa tidak ada. Apalagi untuk mengawasi sang anak. Orang tua memang wajib mendidik perilaku anak, namun orang tua juga sudah membayar untuk anaknya bersekolah, jadi sekolah jelas harus bertanggung jawab. Mungkin ada yang mengatakan sekolah negeri gratis, orang tua tidak bayar. Ups..... entar dulu, orang tua juga bayar pajak. Jangan bilang gak semua bayar pajak. Lagi-lagi entar dulu, semua orang beli barang terkena PPN! Itu minimal! Jadi mereka juga membayar pajak, walau mungkin tidak bayar pajak penghasilan? Ups.... ntar dulu juga, banyak loh yang kerja di perusahan-perusahan dipotong PPH juga kalau sudah di atas batas tertentu.
- Jelas negara HARUS bertanggung jawab dalam hal ini. Kok negara, iya NEGARA! Mengapa? Karena di NKRI ini kan ada departemen agama dan departemen pendidikan. Apa kerja mereka? Apalagi sekolah negeri, kan guru-guru serta dosen-dosen digaji pemerintah! Kualitas guru-guru serta para dosen apakah mendapat perhatian pemerintah dalam arti sesungguhnya? Apakah honor mereka sudah layak sehingga bisa berkonsentrasi mengabdi kepada pendidikan generasi muda? Apakah level pendidikan dan moral sang guru serta dosen sendiri sudah baik? Jangan bilang kerja di luar sekolah perlu untuk praktek. Dalam batas tertentu itu benar, tetapi kalau sudah mengambil jam mengajar dan jam bertugasnya di sekolah atau universitas jelas sudah salah. Bolos atau sering mengubah jam pelajaran/kuliah secara tidak langsung mengajarkan moral kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya.
Lalu apakah kita harus selalu berkilah bahwa itu oknum?
Orang yang selalu mencari alasan dan mencari pembenaran dengan mencari contoh negatif lainnya, tidak akan pernah bisa maju. Dalam bahasa Inggris disebut PROCRASTINATION dalam bahasa Indonesia kira-kira diterjemahkan sebagai KEPALA BATU.
Negara harus kembali menghidupkan pelajaran BUDI PEKERTI dan pendidikan ETIKA MORAL, tentu pemerintah sebagai pengayom masyarakat harus memberi contoh keteladanan yang benar, juga guru-guru dan dosen-dosen.
Demikian pendapat saya, boleh tidak setuju, kan berdemokrasi, ya gak?
Salam Sejahtera, MMB
GTL, 240928-14:33WIB