Guru dan Dosen

Lee Kuan Yew pernah bertanya: Siapa yang paling berjasa dalam hidup profesionalisme kita? Lalu dijawabnya sendiri: "Guru dan Dosen, tanpa guru dan dosen, apakah anda akan bisa mempunyai kompetensi hari ini! Karena itu guru dan dosen harus mendapat honor yang layak"

Saya terus tambahkan: Lee tidak ada yang berani jawab. Kalau saya yang tulis seperti itu, atau bertanya seperti itu, maka akan dijawab: "Kan pengabdian pak, dan guru kan pahlawan tanpa jasa. Lagi pula kenyataan kan banyak profesional yang akhirnya jauh lebih pandai dari guru dan dosennya!".

Saya akan jawab:

"Setuju! Akan banyak juga yang ujungnya lebih pandai dari guru dan dosennya! Tetapi ingat guru dan dosen adalah pembuka pintu anda!"

"Setuju juga bahwa jadi guru dan dosen itu termasuk pengabdian, tetapi bagaimana guru dan dosen bisa berkonsentrasi dan bekerja penuh pada pengabdiannya sebagai pengajar bila honornya tidak cukup untuk hidup layak dalam pengertian bisa hanya mengandalkan honor mengajar lalu mampu punya rumah, mobil layak, ya tak usah punya mercy deh, cukup Fortuner misalnya! Gambaran saja: Profesor putra saya di Hong Kong bisa punya sopir pribadi, rumah aparteman bagus, mobil alpard dan mercy dua pintu tanpa harus ngojek di luar!! Dosen-dosen kita? Banyak sekali yang cari uang di luar dan sering kali saking sibuknya di luar kewajiban memberi kuliah ditunda-tunda. Material kuliah tak sempat susun dengan baik sehingga sering hanya copy paste dan bahkan silabus jadi sering overlap!!!"

Nah kembali ke gambar yang mengilustrasikan banyaknya pekerjaan yang bersifat admin yang membebani dosen di Indonesia, dan dari tugas itu banyak sekali yang bersifat admin, lebih banyak dari kewajiban pengajaran, pendidikan, penelitian, hingga publikasi! (4 subjek).

Coba hitung: Kewajiban mengisi Borang, BKD,  Pengabdian masyarakat melalui kegiatan di luar kampus (di luar gak ada deh yang seperti ini,  kan mengajar di kampus sudah termasuk pengabdian), Panitia ini-itu, Apliasi ini-itu, Laporan ini-itu, Admin macam-macam, Sister, Tugas Tambahan, ...... Berapa tuh??? sembilan!! oh tambah lagi satu, isi ini itu untuk naik jenjang jabatan akademik, misal dari asisten ahli, ke lektor muda, ke lektor kepala ke Guru besar! Sepuluh sudah. 

Itu belum cukup juga, kini ditambah lagi dengan PPI, STRI dari PII, belum lagi kalau mesti cari uang di luar, maka perlu lagi SKA dari LPJK, IPTB dari DKI, Tanggerang, Bandung (Jawa Barat)...... walah..... isiannya juga ajubila banyaknya. Ups, satu lagi, semua itu perlu biaya!! Dan tiap 3 - 5 tahun ada biaya perpanjangan pula. Oh iya..... honor sebulan untuk ikut program PPI saja tidak cukup oi.....

Kebanyakan tugas admin, sisa waktu mau belajar menjadi susah.

Tidak aneh kalau ada plagiat, copy mengcopy. Bahkan ada yg copy makalah saya mentah mentah di klaim sebagai penelitian dia!!! Menyedihkan!!!

Waktu belajar dan meningkatkan kemampuan diri menjadi sedikit! Begitu juga waktu untuk persiapan mengajar yang baik, waktu penelitian dan waktu untuk kemajuan keilmuan.

Kapan yah negara ini bisa bikin semua itu jadi streamline?? Supaya dosen/guru dan pendidik bisa benar-benar bisa memajukan anak didik, dan dunia ilmu pengetahuan Indonesia!!

Hallo, bagaimana depdikbud??? Kapan bisa dibuat slimline dan jangan malah dibuat ruwet!

Maaf bila tidak berkenan. Oh.... rasanya sih gak usah minta maaf kali yah, kan sah-sah saja ya menulis, kan dijamin oleh kemerdekaan mengemukakan pendapat..... he he he.....

Salam Sejahtera, MMB

GTL, 220518