Belajar Harus Proaktif

Saya membaca satu komen mengenai seminar/webinar sebagai berikut:

"Seminar yg diikuti hanya lewat dengar dan lihat selintas...akan menguap begitu saja.

Paling banter yg diingat hanya prinsip2nya. Kalau ada bacaan dan visual yg bisa diulang... nah itu dia.. mantap dan perbuatan pemakalah jadi sempurna."

Berdasarkan pengalaman saya dalam belajar, bisa saya katakan sebagai berikut:

Jaman saya sekolah dan belajar, buku text sangat mahal, guru dan dosen kadang bicara sangat cepat, ada yang mengajar tidak jelas, ada yang mengajar dengan jelas. Menulis masih di papan tulis, mencatat belum selesai sudah dihapus, pakai overhead projector dan slides. Semua serba cepat dan tidak keburu untuk memahami dan mencatat. Ditambah saat ambil S2 bahasa Inggris masih belepotan, sementara dosen bicara nyerocos bagai jet tempur.

Dosen ada yang kejam, ada yang seperti gula-gula dalam arti kata murah angka dan baik, namun sering mengajar seadanya tanpa persiapan yang matang.

Setelah lulus S2, kembali ada masalah, cita-cita S3 terpaksa ditunda lama demi keluarga. Lalu bagaimana cara belajar? Saya belajar dari seminar dan konprensi di dalam dan luar negeri.

Mengalokasikan penghasilan untuk invest di otak ini. Dalam seminar dan konprensi, pembicara tak pernah mengajar lengkap, selalu sepotong-sepotong, karena waktu bicara mereka memang terbatas.

Nah, bagaimana cara saya mengatasi itu semua? Bagaimana agar saya bisa mendapat pelajaran berharga dari semua itu? Mengemis ke pengajar/pembicara?? Tentu tak bisa, malah bisa kena marah sama para senior dan dosen.

Begini cara saya:

Foto?

Belum ada HP bung! kamera dan film negatif/positif mahal!! Jadi bagaimana dong?

Catat yang penting-penting, misalnya: catat rumus saja. Rekam apa yang dikuliahkan/diseminarkan dengan tape recorder portable. Pulang, segera dengarkan berulang-ulang, sambil menyempurnakan catatan!! Hasilnya? Bagus tuh, saya menjadi mengerti.

Baca makalahnya dari Prosiding

Tidak dapat bahan presentasinya (OHP, Slide, PDF ataupun PPT), tidak masalah, baca makalahnya. Juga dengarkan rekaman suara pembicara saat dia membawakan makalahnya (kembali bermodal tape recorder). Berusaha mengerti. Maka dapatlah saya ilmunya.

Baca, Dengar dan Bertanya

Membaca dan mendengarkan dengan konsentrasi penuh. Lalu berusaha mengerti, tidak mengerti, beranilah saya bertanya.

Setelah cukup uang, sebelum HP menjadi modern seperti sekarang, saya membeli video recorder. Berusaha duduk di depan, dan merekam jalannya seminar. Tentu harus selektif karena daya baterai terbatas.

Sejak dari setelah lulus S1 dan S2 dari seminar/konprensi/makalah/buku text saya MEMANEN banyak ilmu, hingga dapat dikatakan saat saya menjadi cukup ahli (tidak berani mengatakan sangat ahli) dalam ilmu geoteknik.

Sekarang bagaimana? Apakah saya berhenti belajar? TIDAK. Tetap belajar. Dari mana? Dari mengajar, dari menulis, dari proyek, dari buku text, dari youtube, dari seminar dan dari webinar. Sekarang jauh lebih enak, bermodalkan dua buah HP, foto slide yang bagus dan yang penting- penting. Tak perlu lagi mencatat. Pulang tetap mereview.

Begitu cara saya belajar, jadi bukan dengan selalu berharap rekaman dan materi dikasih pembicara.

Kesimpulan:

Belajar jangan selalu menunggu yang gratis dan murah.

Belajar jangan mengemis (maaf kalau terdengar kurang enak), alias jangan cengeng. Belajar perlu modal uang dan waktu, perlu juga kemauan keras dan keseriusan.

Manfaatkan Youtube, itu gratis, tetapi hati-hati, ada juga yang menyesatkan.

Selamat malam dan Salam Geoteknik,

GTL, 220827.