Mau Ahli Geoteknik? 10 Ribu Jam Belajar & Praktek

Dunia Geoteknik kalau hanya belajar dari buku dan youtube atau webinar. Maka perlu puluhan tahun. Terus terang saya ada hari ini bukan karena saya super pandai. Namun terlebih karena mau invest! Mau menanam modal!

Modal apa?

Pertama modal waktu!!

Kedua modal uang walau itu berarti berhemat uang makan dan uang rekreasi.

Invest waktu dan uang untuk apa? Untuk menekuni satu ilmu, yaitu ilmu Geoteknik.

Dari mana mulainya? Dari S1, di Unpar, sejak lulus sarjana muda tahun 1982, saya sudah memutuskan terjun ke dunia geoteknik. Itu setelah kuliah 6 semester dari total wajib 10 semester di jaman itu. Walau sudah lulus mektan dan tekpon. Saya tetap baca buku mekanika tanah lalu memutuskan ambil skripsi geoteknik. Dan betul-betul mempelajari semua aspek terkait dari skripsi mengenai Pressuremeter itu.

Belajar berlanjut walau telah lulus Unpar 1984. Dari mana? Setiap proyek pondasi gedung saya minta hitungan konsultan. Baca dan coba hitung sendiri. Ada test pile coba pelajari dan bandingkan dengan hitungan. Tetap baca buku. Setiap pekerjaan saya cari tahu bagaimana menghitungnya. Bekerja di Soletanche Bachy Indonesia (SBI), setiap proyek, saya cari tahu dari buku dan tanya atasan bagaimana cara hitung, mulai dari soil nailing, ground anchor, micropile, PVD, Dwall, grouting dan dynamic compaction. Tentu juga dengan ikut terjun ke lapangan.

Uang mengajar dari Untar saya sisihkan untuk beli buku geoteknik.

SBI tutup 1986 akhir. Atas rekomendasi Prof Djoko Soelarnosidji, masuk PT Berdikari Pondasi, disitu tidak ada mentor. Saya malah jadi lead geotek. Saya tetap belajar dan baca buku. Mengawasi dan menghitung micropile, sheetpile, tiang pancang dan boredpile.

Sep 87-April 89 ambil S2 di AIT Bangkok. Menghemat uang makan, makan pagi hanya roti tawar tanpa selai dan minum tab water saja. Makan siang dan malam batasi hanya 25 baht sehari, saat ini sekitar Rp 11.000/hari. Baju cuci sendiri seminggu sekali. Belajar dan copy buku di library. Searching paper dan buku yang dirasa berguna, saya copy dan baca cepat. Berhasil lulus dengan kepala banyak isi. Terasa sekali dalam 20 bulan belajar super banyak dengan tidur rata2 hanya 4-5 jam per hari. Di periode itu Anthony terlahir, pertama saya lihat anak saya itu dia sudah berusia 3 bulan dan saat saya lulus dia baru berusia 13 bulan.

1990 dapat beasiswa Monbusho ke Jepang. Namun sayang karena istri tak ingin ikut saya batal ambil S3. Lalu memutuskan saya tetap harus jadi ahli geoteknik dengan belajar sendiri lewat kerja, buku, makalah, seminar dan konprensi. Mengalokasikan honor mengajar di Untar dan sebagian hasil usaha kembali untuk mengisi otak saya.

Prinsip saya, belajar, berkarya dan bekerja lewat hasil belajar, lalu sisihkan sebagian hasil untuk kembali invest di kepala saya.

Dengan kata lain saya berprinsip cari duit lewat kepandaian. Lalu tetap sisihkan uang untuk meningkatkan kemampuan saya.

Periode 1990-1998 itu. Setiap Sabtu saya gunakan untuk belajar dan mengajar. Tidak ada kerja dan relaxing di hari Sabtu kecuali dua hal itu.

Sekarang buku geoteknik dan sipil saya ada 10 lemari, buku ekonomi 1 lemari, buku umum dan novel termasuk buku kungfu 1.5 lemari.

Waktu yang saya habiskan untuk belajar sebelum menjadi relatif ahli?  Lebih dari 10ribu jam dan iti berarti 5000 hari kalau sehari pukul rata efektif  2 jam penuh, artinya kira kira 14 tahun!!  Invest uang belajar? Paling minim total mungkin 1M atau bahkan lebih. Berhargakah invest waktu dan uang itu? Saya katakan dengan tegas: Sangat berharga!! Dari situ saya berhasil mendidik satu putera dan puteri yang pandai dan secara akademik berhasil. Juga berhasil berkontribusi lewat pendidikan di Universitas dan pelatihan2 geoteknik saya. Kalau hasil dalam uang itu sangat relatif!

Oh ya, saya katakan relatif ahli karena di atas langit masih ada langit. Dan tak mungkin saya menguasai semua ilmu geoteknik.

Satu lagi, walau sudah relatif berhasil, untuk memuaskan dahaga saya belajar dan agar bisa mengajar di pasca sarjana di usia 54 saya mengambil S3 dan lulus di usia 57. Apakah itu bermanfaat secara uang? Terus terang tidak, malah habis uang dan hilang beberapa proyek. Itu hanya untuk kepuasan pribadi dan untuk bisa mengajar di S2 dan S3 yang menysaratkan harus S3 baru boleh mengajar di pasca sarjana.


Demikian sekedar sharing, setelah menulis 3 artikel singkat mengenai SPT, CPT dan UDS di pagi ini.

Salam Geoteknik, MMB

GTL, 230812-11:14WIB.