Banting-banting harga juga sih, jadi laporan soil test 'copy paste', dan ada 'data siluman'. Mungkin bapak-bapak bisa mengawal harga soil test ini biar masuk akal dan datanya benar-benar asli??
He he... ini paling susah dan paling sensitif. Saya dan pak YP Chandra (saat itu wakil ketua HATTI) pernah sekitar 10 tahun lalu atas nama HATTI mengumpulkan beberapa perusahan soil test dalam upaya menghimbau agar ada harga minimum soil test dan juga semacam standar minimum kualitas soil test.
Eh.... tahu gak, malah saya disindir tajam oleh salah satu orang yang punya perusahaan soil test??? Apa yang dikatakannya??
Dia bilang: "Pak GTL gak pernah bisnis sih, makanya bilang agar ada harga minimum. Biar saja harga bebas, biar saja bersaing, biar nanti masyarakat pemakai yang menilai, yang ngaco ya biar mati sendiri."
Tidak tahu dia kalau saya pernah punya perusahaan selama 8 tahun sebelum saya bubarkan akibat kerusuhan Mei 1998. Waktu itu saya jawab demikian:
"Saya juga pernah punya bisnis, saya juga tahu bisnis, saya bahkan punya gelar ChFC = Chartered Financial Consultant, tetapi saya disini bukan bicara bisnis. Kami disini prihatin dengan MUTU SOIL TEST, kami disini mewakili asosiasi ahli tanah, kami ingin semua maju bersama, bukan saling banting-banting harga dan bersaing yang membuat sesak napas dan mutu di bawah standar!".
Alhasil??? Mubazir!!!
Dari 1990an hingga kini 2023.... tetap saja kita para enjinir, saling banting harga. Dari soil test, konsultasi, kontrak pelaksanaan, bahkan hingga pelatihan variasi harga bisa dari 10 km di bawah permukaan bumi hingga puncak gunung Himalaya!! 😛😜🤪😤😡😤.
Tetaplah bersaing, banting-bantinglah harga..... ueeeee..... gak sadar kalau kita pada akhirnya saling "bunuh". Padahal di kendaraan umum saja suka tertulis: "Sesama bis kota, dilarang saling mendahului!"
Semoga SATIR di alinia terakhir perlahan tapi pasti bisa hilang!! Teman pedagang saya bilang: "Boleh dan bahkan harus menyumbang kepada yang lemah, tetapi jangan merusak harga pasar!" Saya saksikan sendiri dia itu sering merogoh kantong memberi Rp.50 ribu - 100ribu kepada tukang sampah, kepada hansip, dll. Namun kalau parkir tetap bayar Rp. 3000 atau Rp. 5000.- Dia bilang: Bayar sesuai harga pasar dan harga profesi, jangan merusak pasar dan merusak profesi orang kalau kita juga tidak mau usaha kita dirusak.
Sopir dan pedagang bisa berpikir dan bertindak demikian, mengapa kita enjinir saling banting harga??? Bego atau pintarkah kita???
Salam Sejahtera, MMB.
GTL - 230618-17:14 WIB