Akreditasi dan Sertifikasi Harus, caranya perlu dikaji ulang

Setuju harus ada akreditasi/sertifikasi. Bahkan saya yang dulu tahun 92-93 bersama pak Azis Jayaputera dan Pak CA Makarim yang mengusulkan soal akreditasi dan itu didiskusikan panjang dan lama di HATTI akhirnya pada jaman pak Bigman Hutapea jadi ketua Hatti keluarlah sertifikasi G1 dan G2. 

G1 harus ditempuh lewat workshop 3 hari dan ujian tertulis. 

G2 awal harus lewat program grandfathering dimana para peserta terpilih harus buat presentasi. Setelah grandfathering semua harus ikut ujian lisan untuk G2. Saya yang ikut menyusun program (kalau gak salah ingat di awal penyusun ada sekitar 13 orang) karena berhalangan pas hari yang ditentukan maka saya harus ikut ujian. Saya adalah G2 pertama HATTI yang diuji.

Namun saat ini baik yang namanya STRI ataupun SKK, saya merasa kurang tepat cara mengisi formulir yang banyaknya luar biasa dan pastinya akan terlalu banyak celah untuk "curang" dan "mencurangi". Disamping membuang banyak waktu produktif, juga rentan jadi lahan "cari duit" saja.

Makanya saya buat usulan point sistem kemarin.

Sekali lagi bukan sertifikasi nya yang saya tidak setuju, melainkan cara isi form yang saya rasa sangat tidak pas (juga isi materi kuliah PPI yang tidak standar antara satu PT dengan lainnya dan isinya cenderung hanya menekankan cara isi formulir). 

Satu lagi yang saya tak setuju adalah praktis meNOLkan SKA yang sudah dimiliki sebelumnya, dengan tidak adanya konversi dari SKA ke SKK dan STRI.

Sertifikasi setuju dan harus! Caranya harus diubah lewat point system yang diperoleh lewat training dan ujian!!

Wahai para enjinir, jujurlah pada diri sendiri. Jangan hanya cari aman dan nrimo. Bersuaralah demi kemajuan Indonesia tercinta!! 

Salam Sejahtera, MMB

GTL, 230427-09:57WIB