Menjadi seorang ahli geotek yang benar benar mumpuni itu tidak lah mudah. Karena tanah bukanlah buatan manusia dan kita tidak pernah bisa minta agar tanahnya seragam.
Juga perlu diingat volume masa tanah yang berada di bawah struktur dan zone yang terpengaruh tekanan struktur itu berapa besar? Bandingkan dengan volume borehole, apalagi jika dibandingkan dengan total volume sample yang diuji. Bahkan tidak mencapai 1%.
Menentukan jenis tanah saja di lapangan bisa salah!! Antara lanau dan lempung? Antara pasir angular dan pasir rounded? Bagaimana membedakannya? Jika anda tidak punya alat apapun di lapangan, yang ada hanya anggota badan anda? Saya katakan: Saya menggunakan lidah saya untuk membedakan hal itu!!
Ilmu geotek bukan hanya diperoleh via desktop study lalu anda bisa menjadi expert yang siap terjun ke lapangan mengatasi segala problem geotek! That's too naive. Terlalu naif kalau berpikir seperti itu. Ilmu geotek perlu pengalaman lapangan sebelum anda bisa menjadi konsultan geotek yamg mumpuni!! Anda juga perlu mentor!! Mentor itu bisa didapat mulai dari master bor di lapangan, teknisi di lab, tukang pancang/bor di lapangan,.... dosen, profesor, pembicara di seminar, buku, makalah hingga alam itu sendiri via pengamatan!! OBSERVASI dan REEVALUASI alias HITUNG BALIK.
Menyadari hal itu, sejak memutuskan mau menjadi ahli geotek, sejak tahun1982 walau saat itu saya masih akhir tingkat 3 dan semua pelajaran geoteknik praktis sudah lewat saya tetap membaca buku geotek. Buku BC Punmia, Bowles, Liu and Evett menjadi bacaan hampir tiap hari.
Kemudian 1985 mulai terjun ke lapangan sebagai site engineer, di lapangan ikut bekerja, ikut memasang instrumen, ikut mengamati dan menjalankan soil test, ikut kerja grouting, ikut semua proses mancang sheetpile, tiang pancang, bored pile micropile, hingga bermacam teknik ground improvement: PVD, DC, VBC, grouting. Mempelajari perhitungan atasan/konsultan, lalu coba hitung sendiri. Membandingkan apakah hitungan saya ok atau tidak. Gak ngerti? Tanya atasan.
1987 lanjut ambil master, 1989 lulus... kerja desain, ikut laksanakan, evaluasi, hitung balik.
1991-98 punya perusahaan kontraktor geoteknik, disini belajar masang ground anchor, instrumentasi, dewatering, PDA, PIT, sonic logging, dll... Semua mulai dengan ikut kerjakan sendiri lalu mengajarkan anak buah. Disini di tahun 1993.saya belajar bagaimana menggunakan lidah, menjilat tanah untuk mengenali jenis tanah!! Juga 1990 mulai mendesain pondasi2 gedung di Thamrin, Sudirman, Kuningan dan KH Mas Masyhur.
Baru setelah rusuh 98, "terpaksa" jadi konsultan dan bubar jadi kontraktor.
Sementara itu tidak pernah lupa setiap Sabtu adalah hari belajar dan mengajar. Serta belajar dari ikut seminar dan konprensi berbayar tentunya.
Itu sekedar sharing perjalanan saya menjadi yang disebut orang pakar geoteknik. Walau saya pribadi sih, masih selalu merasa ada yang kurang. Sharing dan berbagi pengetahuan saya lakukan via pelatihan pelatihan saya yang berbayar namun tak ada yang disembunyikan... He he. He...
Intinya: Pengalaman lapangan dan pengetahuan teori dua duanya sangat perlu untuk jadi ahli geoteknik
Catatan: Pengalaman lapangan dalam artian ikut melaksanakan, bukan hanya "nonton"!
Ok deh, dicukupkan dulu. Saatnya ngantor
Salam Geoteknik
GTL, 221003 - 10.14WIB