Mutu Webinar

Sejak Januari 2020, sudah dua tahun pandemic Covid 19 melanda dunia. Menghambat banyak kegiatan kegiatan sekolah dan kuliah yang lalu dilakukan secara daring. Saya amati sejak pertengahan 2020 banyak bertebaran info-info webinar, dari yang gratis hingga yang berbayar. Banyak juga website yang menawarkan perbagai webinar, pelatihan, dan workshop secara daring.

Berbayar atau tidak webinar-webinar atau pelatihan/workshop daring tersebut ada yang bermutu tinggi, dibawakan oleh pembicara-pembicara berbobot, baik oleh pembicara yang sudah ternama ataupun belum. Terlihat dibawakan oleh pembicara-pembicara yang memang menguasai materi yang dibawakannya.

Namun sangat disayangkan, ada juga yang sangat rendah mutunya. Dibawakan oleh pembicara-pembicara yang bahkan pengetahuan dasar dari ilmu yang dibawakannya masih sangat lemah. Logika berpikir pembicara juga sangat lemah. Engineering sense nya juga praktis tidak ada. Padahal pembicara adalah dosen di perguruan tinggi.

Parahnya lagi webinar/pelatihan daring itu berbayar pula, walau dengan harga yang terjangkau. Sebagai contoh saja, di suatu pelatihan yang  mengajarkan aplikasi software geoteknik, pembicara jelas sekali tidak mengerti apa, bagaimana dan mengapa satu pilihan diambil dibanding pilihan lainnya. Saat ditanya mengapa diambil pilihan A dari dua opsi A dan B? Jawabnya hanya dengan mengatakan: “Biasanya begitu.”. Di kesempatan lain, pertanyaan lain dijawab, namun sayang jawabannya salah total dan sering juga terbalik. Bahkan pengetahuan dasar dari ilmu yang dibawakannya pun tidak tahu. Engineering sense akan besaran parameter tanah pun sangat lemah. Apa yang dibawakannya sangat menyesatkan dan berbahaya. Bila peserta tidak kritis dan percaya begitu saja lalu mempraktekkan apa yang diajarkannya ke dalam proyek nyata, pasti akan berakibat fatal. Bagi pemula dan mahasiswa apa yang diajarkannya itu sangatlah menyesatkan. Mengapa demikian? Karena dalam satu tayang ulang saya melihat apa yang dibawakan pembicara praktis lebih dari 50% salah.

Mengapa tidak dikoreksi pak? Wah, saya tidak ikutan, hanya mendengar dari tayang ulang. Dan kalaupun ikutan, sebagai orang timur saya merasa tidak enak hati kalau langsung mengkoreksi, sebab bisa menjatuhkan pamor pembicara di mata pendegarnya dan kata seseorang: “Nanti merusak bakul nasinya loh pak. Dan bisa juga nanti bapak dimusuhi orang banyak.”.  Walau ada benarnya juga teguran seorang teman yang mengatakan: “Secara ilmu bila tahu salah dan menyesatkan mesti dikoreksi agar tak salah seterusnya.” Sesuatu yang dilematis.

Menurut hemat saya, sebelum jadi pembicara, apalagi menjadi pembicara tunggal disuatu acara yang diadakan, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Periksa diri kita sendiri, apakah sudah benar-benar menguasai apa yang akan kita ajarkan. Misalnya, ambil contoh:
  2. Modulus Young, apa itu modulus Young sebenarnya? Apakah berbeda dengan modulus elastisitas? Apa bedanya dengan modulus secant?
  3. f’c (kuat beton karakteristik) pada beton, apa itu? Apa ada Bedanya dengan kuat tekan beton? 
  4. Permeability, apa itu permeability? Apakah angka permeability pada tanah bisa mencapai 2000 m/detik? (Ada yang pernah mengambil parameter sebesar ini loh)
  5. Faktor waktu, kapan kita perlu memasukkan faktor waktu dalam suatu analisis struktur pondasi/bangunan geoteknik? Dan mengapa perlu dimasukkan faktor waktu?
  6. Banyak lagi contoh lainnya.
  7. Kalau belum mengerti betul, yah, harus melakukan persiapan, pelajari secara baik materi yang akan anda ajarkan. Kalau belum siap, ya jangan mengajar dahulu. Apalagi bila menarik bayaran.
  8. Akuilah bahwa kita tidak akan bisa menguasai semua materi, bahkan dalam satu sub disiplin ilmu sekalipun. Karena ilmu itu tidak terbatas. Namun demikian dalam mengajarkan sesuatu topik ya minimal kita harus menguasai sebagian besar dari topik yang kita bawakan. Jika menghadapi pertanyaan yang kita tidak tahu pasti jawabannya, katakan secara jujur.

Lalu, sebagai peserta webinar/pelatihan atau sebagai siswa/mahasiswa di kelas, bagaimana sikap kita?

  1. Sebelum memilih ikut atau tidak dalam satu webinar/pelatihan, ada baiknya cari tahu latar belakang dan kompetensi pembicara. Jangan hanya memilih berdasarkan biaya. Ada juga loh yang berbiaya tinggi namun mutunya hanya biasa-biasa saja.
  2. Bersikap menggali, jangan hanya bersikap menerima. Disini bukan berarti anda menentang pembicara, namun juga bukan berarti menerima begitu saja apa yang diajarkan pembicara. Pikirkan apakah masuk dalam logika ilmu pengetahuan yang dipelajari. Bila tidak yakin, bertanyalah. Bila mendapat jawaban yang kurang memuaskan, setelah webinar, cari referensi, cari buku dan mencari tahu.
  3. Lihat apakah yang dibawakan pembicara ada bau-bau promosi? Promosi tidak salah, bahkan harus,  kalau promosi itu berisi kebenaran. Namun, tidak jarang di balik promosi ada pesan sponsor. Apa pesan sponsor salah? Tidak juga. Cuma saja anda harus menilai apakah pesan sponsor itu pas untuk suatu kondisi yang dihadapi.
  4. Jangan malu bertanya dalam acara-acara pelatihan. Rugi kalau malu bertanya. Tanya kalau memang belum mengerti.
  5. Dalam ikut pelatihan software, sang pembicara harus bisa menjelaskan apa, mengapa,  kapan dan bagaimana suatu pilihan / parameter / model diaplikasikan. Bukan hanya menerangkan urut-urutan pemakain software. Kalau hanya urut-urutan, peserta bisa belajar sendiri dari manual tutorial software.

Sebagai catatan: Sering juga pembicara “pintar” menjual. Saya katakan “pintar” dalam tanda petik karena si pembicara tahu sesuatu barang / software / topik sedang trend dan laku, maka dia cepat menangkap kesempatan cari uang. Lalu dia ikut adakan webinar / pelatihan topik yang sedang trend dan laku itu, tanpa sebenarnya dia mengerti apa itu.

Salam geoteknik,

GTL, 211221