Orang kalau sudah super haus dan lapar susah, matanya gak bisa lihat yang lain kecuali lihat air segar dan makanan empuk. Begitu juga kalau sudah haus dan lapar kekuasaan.
Orang kalau terlalu sering dipuji dan disanjung tinggi, apalagi dari orang banyak, maka matapun menjadi rabun, bahkan gelap, dan akhirnya merasa paling benar. Orang lain selalu ada saja salahnya di mata dia.
Orang yang sudah di puncak (puncak apapun) sering merasa hebat dan bahkan super. Dan orang lain lebih inferior dari dia. Lalu penyakit lupa datang. Kacang lupa pada kulitnya. Lebih parah lagi sering “menutup jalan” orang baik dengan cara terselubung, hebatnya (atau parahnya) selalu bisa tampil menyelubungi diri dengan jadi orang baik seolah malaikat bersih.
Hal di atas dapat dijumpai di segala bidang kehidupan keseharian kita juga, bukan hanya di percaturan dunia politik.
Jadi sanjungan yang ramai dan tinggi sangat dapat menyesatkan. Bukan hanya enyesatkan pandangan dia yang disanjung, melainkan juga menyesatkan pandangan orang lain yang akhirnya terbawa sanjungan orang ramai dan ikut tersesat di jalan.
Kita diberi dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, dan satu mulut serta satu otak, agar lebih banyak melihat, mendengar, “mencium”, dan sebelum berbicara harus dulu dianalisis dan di filter di otak.
Salam sejahtera, MMB
GTL, 240203-07:48WIB