Matahari kembar?

Dalam gonjang-ganjing ramai soal anak penguasa yang tiba-tiba bagai naik jet Mach 5 dimunculkan sebagai ketua partai dan cawapres, muncul tulisan yang berbunyi: "Ibarat raja jawa masa lalu, kekuasaannya bulat dan tidak terbagi-bagi. Tidak ada matahari kembar" (dikutip dari tulisan Ikrar Nusa Bakti, di Media Indonesia, 27 Okt 2023)

Ada istilah matahari kembar disitu. Saya tidak akan membahas soal yang "naik jet Mach 5" disini. Namun mau bahas istilah soal matahari kembar nya saja.

Istilah matahari disini menunjuk kepada entitas yang sukses dan terkenal. Entitas itu bisa negara, bisa perusahaan, bisa organisasi dan bisa juga orang pribadi.

Istilah "Tidak ada matahari kembar" menunjuk pada entitas atau orang sukses (sang matahari) yang tidak mau dan tidak rela melihat munculnya matahari lain karena takut kekuasaan dan ketenarannya tersaingi. Lalu sang matahari dengan menggunakan kekuasaannya secara halus (atau bisa juga kasat mata kalau sudah mata gelap) melakukan usaha agar entitas/orang yang berpotensi tidak bisa muncul sebagai matahari lainnya (matahari kembar).

Nah, yang menyedihkan di dalam universitas istilah Matahari kembar itu juga sering muncul. Ceritanya konon ada yang sudah TOP jadi MATAHARI lalu, entah disadari atau tidak, dengan cara di belakang layar orang itu menggunakan kekuasaannya mencegah dosen lain muncul menjadi pesaing, dan/atau berusaha agar matahari sebelumnya cepat padam dan dia langgeng menjadi matahari tunggal. Bukankah demi kemajuan dunia pendidikan dan demi bangsa dan negara, demi kesinambungan, sang matahari itu seharusnya mengayomi dan membantu agar muncul bintang lainnya. Jadi bagai bintang di langit yang bertaburan dan terlihat indah dalam gelapnya malam.

Jadi istilah matahari tunggal dan matahari kembar baiknya tak ada dalam kepala kita. Baiknya istilah menunjuk orang terkenal diganti dengan istilah BINTANG. Karena bintang banyak di langit dan terlihat indah saat muncul ramai-ramai menerangi gelapnya malam.

Salam Sejahtera, MMB

GTL, 231103-06:50WIB