Tidak perduli kualitas, Tidak perduli spesifikasi,
Tidak mengerti proses konstruksi?
Begitu terbaca di suatu chat group WA. Terpancing deh saya menulis sambil duduk di bus umum. Berikut tulisan iseng saya:
Jika QS kerjanya hanya mengumpulkan penawaran kontraktor, lalu cuma men-tabulasi penawaran item per item. Kemudian kumpulkan item termurah dan jumlahkan.
Lalu jadilah harga yang pantas???
Maka QS seperti itu bukan QS namanya tetapi TUKANG TAWAR DI PASAR. Anak SMA juga bisa kalau seperti itu. 28 tahun lalu, saya pernah menegur QS yang menawar dengan cara: Si A bisa dengan 6 pompa jamin kering dan harga 50% harga bapak. Masa bapak yang ahli geoteknik harus pakai 8 pompa dan harga lebih tinggi pula. Akibat saya tegur? Ya hilang proyek pastinya (yang saya memang sudah tak mau karena cara menawarnya seperti orang belanja sama ibu ibu di pasar!! Tapi disini ada pelajaran: Gak boleh negur QS owner sejelek apapun dia...he..he..he..)
QS yang benar harus mengerti item yang dinilainya, bagaimana materialnya, bagaimana cara pasangnya, apa bedanya satu dengan yang lain, dan kualitas macam apa yang akan dicapai. Jadi tidak mudah sebenarnya untuk menjadi QS yang baik.
CM yang hanya uber skejul, membuat S curve, memimpin rapat, menyetujui berita acara, oper-mengoper surat. Lalu tidak mengerti bagaimana boredpile dikerjakan, bagaimana test pile dikerjakan, bagaimana proses penggalian, bagaimana proses konstruksi yang benar, ya bukan CM namanya, tetapi paling banter namanya Koordinator kali yah. Jeleknya bisa-bisa hanya bisa disebut Tukang Pos?
CM itu berat, harus mengerti banyak hal, dari proses suatu konstruksi yang dipimpinnya, proses tender, proses menunjuk kontraktor, menilai urutan pekerjaan agar efektif dan efisien, salah satu contoh saat saya ambil pelajaran CM di luar dulu adalah bagaimana mengatur menaikkan material dengan tower crane agar dapat mempercepat proses konstruksi dan efisien secara biaya. Disitu akan ada proses pengamatan, evaluasi statistik, dan math untuk optimasi.
Kenyataan di kita banyak praktek QS dan CM yang masih sangat kurang. Masih perlu peningkatan kualitas!!
Masih banyak PR dunia konstruksi Indonesia.
Bukan hanya CM dan QS, tetapi juga kualitas enjinir-enjinir konsultan dan kontraktor perlu ditingkatkan.
Sayangnya enjinir kini dibebani pula dengan pekerjaan admin isi ini itu untuk secarik sertifikat. Bukankah lebih baik dibebani dengan pelajaran terkait lalu diuji pengetahuan dan kemampuannya?
Mohon maaf jika ada salah-salah kata.
Tidak bermaksud menyinggung, namun agar kita semua belajar.
Salam Sejahtera, MMB
GTL, 230211-13:05 YVR