CPT (sondir) vs SPT

Kemarin di group WA juga ramai diskusi soal CPT vs SPT.

Disebut-sebut CPT lebih berguna untuk low rise building. Untuk high rise katanya lebih bagus SPT.

Berikut sedikit penjelasan secara garis besar:

  1. CPT merupakan test yang dapat dikatakan kontinyu. Mendapatkan data tanah berupa perlawanan konus dan friksi setiap 20cm. SPT tidak kontinyu sehingga ada potensi lapisan tanah tipis tidak terdeteksi.
  2. CPT dan terutama CPTu sangat bagus untuk test tanah lunak. Untuk sondir mekanik harus baca dengan manometer berskala kecil agar didapat resolusi bacaan yang berguna. SPT tidak berguna di tanah lunak!! Jika sudah tahu tanah lunak denga SPT<5 test SPT itu buang uang percuma!!
  3. CPT sering terkendala beban reaksi yang tidak cukup jika hanya mengandalkan angkur. Di kita banyak hanya mengandalkan angkur karena itu umumnya hanya CPT berkekuatan 2.5 ton. Di luar negeri ada CPT berkapasitas hingga 20 ton. Namun itu perlu reaction dari truk khusus dan dengan batang serta konus mutu baja tinggi. Sondir kita yang buatan lokal mutu bajanya tidak tinggi. SPT tidak punya kendala reaksi angkur.
  4. CPT lebih repeatable dibanding SPT. Artinya nilai yang didapatkan pada test tanah sejenis hampir selalu relatif sama. Sebaliknya SPT kurang repeatable karena di pengujian SPT sistem penjatuhan dan model palu sering berbeda, juga lebih tergantung operator dibanding CPT.
  5. CPT bagus untuk mencari potensi bidang longsoran untuk analisa kestabilan lereng. SPT praktis tak bisa.
  6. CPT kalau digunakan untuk hitung kapasitas pondasi, harus diperhatikan bahwa TIDAK BOLEH langsung mengambil nilai perlawanan konus, qc, yang di ujung yang nilainya biasa ditulis lebih besar dari 250kg/cm2. Itu bisa sangat ngawur!! Begitu juga dengan SPT, tidak boleh test hanya berhenti pada satu atau dua kali di nilai SPT>50. Minimal harus berhenti setelah test 5 kali berturut tiap interval 1.5m mendapatkan semua SPT>50.
  7. Dalam hitung kapasitas ujung pondasi nilai qc dan SPT minimal harus diambil dari perhitungan data 3x diameter tiang di bawah ujung tiang dan 4 - 8 kali di atas ujung tiang.  Loh kok begitu? Ini ada hubungan dengan mekanisme keruntuhan tiang. Itupun harus cek bahwa lapisan pendukung cukup tebal dan tidak "robek" akibat beban tiang. Juga jangan lupa menghitung penurunan tiang dan kelompok tiang serta prakira penurunan keseluruhan gedung.

Bagaiman hitung itu semua? Ikutlah di pelatihan-pelatihan geoteknik saya. Atau banyak baca buku geoteknik. Namun sayang banyak buku kurang berhubungan dengan praktek.

Jangan malas invest waktu untuk belajar dan jangan pelit untuk beli buku dan baca dengan berpikir tentunya

Malas baca sendiri dan ingin dapat langsung esensinya? Jangan terlalu hemat untuk ikut pelatihan, webinar dan seminar tidak mungkin membahas detail karena waktu yang singkat

By the way, mengetik artikel ini saja menghabiskan waktu 35 menit!!

Salam Geoteknik, MMB

GTL, 230812-10:25WIB