Ini peraturan di Purdue dan di US pada umumnya.
Untuk promosi ke level professor tergantung dari kualitas dan banyak nya publications (papers, buku, conference proceedings, dll), dan yang mau diterima adalah hanya jurnal yang terkenal. Jurnal National Academy of Science saja hanya beberapa yang diterima. Yang dilihat kedua adalah jumlah murid Master dan PhD yang bisa dosen nya rekrut, makin terkenal dosen nya makin banyak murid S2 dan S3. Sesudah itu berapa banyak ratio murid yang lulus PhD terhadap jumlah murid PhD. Sesudah itu, review dari murid S1 terhadap performance professor nya yang dilakukan tiap semester (ini buat professor pemula, selama 4 tahun). Dan sesudah itu berapa banyak duit research yang mereka bawa masuk ke university.
Pangkat-nya professor disini adalah, professor pemula baru masuk tenure track itu namanya Assistant Professor. Dalam jabatan assistant professor ini, sang profesor bisa dipecat mendadak. Assistant professor ini hanya punya waktu maximum 4 tahun untuk memenuhi persyaratan di atas. Kalau tidak memenuhi syarat harus keluar, dan kemungkinan untuk mengajar di universitas lain sudah tertutup, karena sang professor tidak memenuhi persyaratan tenure. Sesudah memenuhi persyaratan di atas, di promosi menjadi Associate Professor dan posisi ini sang professor sudah tidak bisa dipecat karena sudah memenuhi persyaratan tenure, kecuali kalau professor melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Dan sesudah Associate professor, seorang professor bisa di promosi menjadi Full Professor yang persyaratan nya seperti di atas.
Ini rule of thumb nya buat publications, Scopus index, i-index, untuk Assistant Professor harus antara 4 sampai 8, untuk Associate professor dari 8 sampai 16, untuk Full Professor 16 sampai 24.
Jadi..... Disini untuk jadi tenured professor itu sulit minta ampun, meskipun orang nya super pintar. 😀😀
Soal gaji dosen
Kalau system disini, gaji dosen di naikkan sesuai dengan keahlian dosen nya. Para dekan gaji nya sudah selangit, $250 ribu sampai $450 ribu per tahun. Gaji dosen teknik Sipil di Purdue, starting nya adalah $100 ribu per tahun, kota West Lafayette kota yang murah buat ditinggali (middle class income hanya $60 ribu per tahun). Dan disini peraturannya dosen hanya boleh nyambi 10% dari waktu nya, 90% harus ada di dalam kampus atau bikin research dilapangan. Ini di monitor ketat luar biasa, kalau dilewatin aturan ini, dosen nya diberikan sangsi yang lumayan berat (no promotion, tidak boleh keluar kota ke conference kecuali duit sendiri, research nya dikurangin, fasilitas di cut, dll sangsi administrasi). Dan ini yang paling fatal di Indonesia, curriculum nya tidak pernah di review dan diganti. Tidak ada kerjasama antara pemerintah, organisasi profesi, industry, dan universitas. Disini untuk bekerja dan teken kontrak dalam bidang teknik, harus punya license Professional Engineer (disebut juga PE). Badan quasi pemerintah yang mengaturnya, diawasi oleh gubernur negara bagian. Untuk mendaftar sebagai candidate PE, harus dari sekolah yang diakreditasi oleh ABET (American Board of Engineering and Technology). Dan untuk duduk ujian FE (Fundamental of Engineering) sebelum ujian PE, harus memenuhi persyaratan dan PLA (professional licensing agency, badan quasi pemerintah) yang mempunyai persyaratan curriculum nya. PLA ini punya committee tersendiri yang menentukan curriculum nya, mereka terdiri dari dosen universitas, industry (contractor dan consultant), rakyat biasa, wakil pemerintah, practitioner, dan lawyer. Jumlah anggota committee nya ada 6 orang. Mereka lah yang mengatur kebijakan PLA ini. Umpamanya, di dalam bidang teknik sipil, persyaratan nya sang candidate yang mau ambil Professional Engineer harus punya 2 pelajaran matematik, 4 mata pelajaran dalam engineering design (MT, Struktur Beton, struktur Baja, dll), 4 mata pelajaran dalam science, 4 pelajaran liberal arts, dll. Jadi......., universitas otomatis harus sesuaikan curriculum nya dengan persyaratan PLA ini. Tanpa memenuhi persyaratan ini, sang Insinyur ngak bisa dapat license Professional Engineer, dan ngak bisa teken kontrak, ngak bisa tanda tangan plans (gambar drawings), ngak bisa tanda tangan spesifikasi, dan ngak bisa tanda tangan tender projek. Jadinya, disini insinyur tanpa Professional Engineer itu hanya bisa berfungsi sebagai salesmen kalau bekerja dalam bidang engineering. Dan ujian Professional Engineer ini selama hidup hanya boleh ikut 3 kali. Kalau gagal 3 kali namanya Hallelujah.... Amen, jadi salesmen........ 😀😀
DI atas adalah Kutipan dari japri WA Prof. Tommy Nantung, angkatan 79 Sipil Unpar yang sudah lama menjadi Profesor di Purdue University, Amerika.
Di bawah ini oleh GTL:
Jadi jelas bahwa:
1. Untuk mencapai level profesor semua lewat jalur akademik karya yang dihasilkan, termasuk hasil bimbingan ke mahasiswa dan bukan lewat isian formulir yang seabrek-abrek!!
2. 90% waktu dosen harus di kampus! hanya 10% untuk mroyek/nyambi!!
3. Untuk menjadi Insinyur profesional juga lewat pelajaran yang harus ditempuh dan ujian!! Bukan lewat isian admin segudang!!
Mengapa kita di Indonesia sini, jenjang jabatan akademik (Siter, BKD, PAK,....), keinsinyuran profesional dan sertifikasi keahlian (STRI dan SKK) dibuat sistem pengisian data seabrek-abrek?? Apakah kita-kita para dosen dan para enjinir mau dijadikan petugas admin? Membunuh waktu efektif kita dwngan menghabiskan berhari-hari bahkan berbilang bulan untuk mengisi itu semua?? Sekalipun kita bisa saja mempekerjakan asiaten untuk pengisian semua itu (hal yang juga tetap saja tidak produktif)!!
Maaf, juga sekolah PPI yang kurikulumnya tidak jelas dan isi pelajarannya dalam satu semester dapat dikatakan 80% adalah tugas isi formulir!! Belum lagi biayanya yang menguras kantong tipis para dosen dan enjinir!!!
Jika setuju kita mengambil jalur yang jauh lebih baik dan tepat yaitu lewat sistem ujian dan kurikulum pelajaran akademik terkait profesi masing-masing, demi perbaikan sistem di Indonesia tercinta, mohon bantu sebarkan agar terbaca oleh yang berwenang, dari petinggi-petinggi negeri hingga ke RI1.
catatan:
Saya menulis bukan untuk diri saya yang sudah hampir masuk usia pensiun ini, juga pintu ke profesor praktis sudah tertutup. Tapi demi generasi yang lebih muda dan perbaikan sistem di Indonesia.
Salam Sejahtera, MMB
GTL, 230416-06:47WIB