Tulisan saya kemarin berjudul "Menahan penurunan dengan perimeter pile", ada komentar dan pertanyaan di bawah ini yang minta saya jawab. Nah berikut jawaban saya:
Q1: Saya malah curiga dengan gedung sebelahnya, 5 lt basement parkir.
pakai pondasi apa ya? Apakah gedung parkir itu dibangun bersamaan dengan Milenium Tower?
Jawaban: Tidak berani komentar karena tidak ada info sama sekali.
Q2. Apakah ada rule of thumb untuk kedalaman pondasi dengan tinggi tower untuk tanah lunak?
apalagi soil layernya softclay. Pondasi Millenium Tower 58 lt tsb hanya 20-30 meteran yg pile tip nya ada di lapisan soft clay. Atau adakah pryk gedung baru disekitarnya?
Jawaban: Sepanjang pengetahuan saya tidak ada rule of thumb umtuk kedalaman pondasi. Yang pasti harus ada perhitungan terhadap stabilitas dan potensi penurunan gedung. Secara umum titik berat gedung secara keseluruhan juga diusahakan serendah mungkin agar saat gempa tidak mudah terguling.
Q3. Jangan jangan kejadiannya sama dengan pryk yang di Jalan Sabang di Jakarta Pusat, pryk baru tsb tidak memperhatikan dewatering nya, sehingga gedung disekitarnya "ambles".
Jawaban: Dewatering dapat menyebabkan daerah sekitar turun karena dewatering menurunkan muka air tanah. Akibat turunnya muka air tanah akan timbul tambahan tegangan efektif di tanah yang pada gilirannya menyebabkan turunnya tanah secara meluas di sekeliling area dewatering. Kalau akibat dewatering tidak mungkin hanya Millenium Tower itu yang turun. Jadi agaknya tixak mungkin turunnya gedung tsb akibat dewatering.
Lalu apa sih kira kira penyebab turunnya gedung secara umum?
Perlu ditekankan disini bahwa saya tidak dan bukan memberikan kesimpulan mengenai turunnya Millenium Tower di SF itu yah. Saya tidak pada kapasitas menyimpulkan tanpa data lengkap. Tulisan di bawah ini hanya mencoba memberi sedikit penjelasan tentang beberapa kemungkinan terjadinya penurunan besar pada suatu gedung dengan mengambil gambar yang ada sebagai contoh kasus. Kemungkinan2 tsb adalah:
1. Soil investigation yang kurang lengkap. Dalam berhadapan dengan tanah lempung untuk bangunan tinggi sangat penting untuk mengetahui parameter penurunan tanah yang bisa didapatkan dari test konsolidasi, pressuremeter test dan juga CPTU.
2. Settlement Reducing Pile Jika melihat gambar yang ada, pondasi tidak duduk di tanah keras, namun di tanah lempung yang entah SPT atau kuat geser berapa karena tak ada data, kelihatannya sang perencana pondasi ingin menerapkan konsep SETTELEMENT REDUCING PILES dengan memasang raft (mat) dan pile tidak sampai tanah keras.
Nah, hal ini kalau tidak benar benar mengerti dan tidak mempunyai parameter tanah yang bermutu baik. Ya bisa berakibat kegagalan dan penurunan besar tetap terjadi!
3. Ketebalan Tanah Lempung yang Tidak Merata
Hal lain yang perlu dicatat adalah ketebalan tanah lempung yang tidak merata seperti terlihat dalam gambar potongannya. Hal ini menambah kesulitan untuk menerapkan konsep settlement reducing pile. Ada juga kemungkinan perbedaan ketebalan tanah lunak ini tidak terdeteksi di awal mungkin akibat penghematan titik penyelidikan tanah (?) yang berujung permasalahan besar untuk gedung. Perlu ditekankan minimal lakukan lima titik bor pada tapak gedung. Satu titik di tengah, empat titik di keempat sudut bangunan dan usahakan jarak antar titik sebaiknya tidak lebih dari 30m. Lihat juga SNI geoteknik mengenai hal ini.
4. Penguasaan Mekanika Tanah dan Perilaku Tanah
Dalam mendesain pondasi seorang enjinir harus menguasai mekanika tanah dan perilaku tanah.
Orang yang tahu kalau dia tidak tahu maka akan mencari dan merefer ke ahlinya. Karena pasti tidak berani hanya baru belajar dan belum pengalaman lalu menerapkan ke bangunan tinggi atau bangunan geoteknik beresiko tinggi lainnya tanpa petunjuk dan pemeriksaan dari yang lebih senior.
Orang yang tidak tahu kalau dia tidak tahu (tapi merasa tahu) maka jadinya ya "tahu" alias "tohu" yang temannya tempe itu dan berujung kegagalan!!
Lesson learned sebagai enjinir:
1. Intropeksi apa kita benar benar tahu dan mengerti tentang suatu ilmu pengetahuan (dalam hal ini khususnya pengertian dalam mekanika tanah)
2. Cukupkan soil test. Yakinkan owner agar mengeluarkan uang yang cukup untuk menguji lapisan2 tanah dan menguji parameter tanah yang diperlukan (pertanyaannya: tahukah anda akan arti dan kegunaan setiap parameter tanah dan dari mana mendapatkannya?) .
3. Jangan mendesain dengan semata mata mengandalkan korelasi.
Jangan hanya dengan ada data dua atau tiga borehole dengan SPT, beberap sondir, lalu mengandalkan korelasi untuk parameter parameter tanah. Ingat korelasi parameter tanah rentangnya cukup besar dan hampir tidak ada yang memberikan koefisien korelasi atau R kuadrat hingga 0.9 ke atas.
4. Teori saja tidak cukup. Praktek saja tidak cukup.
Pengetahuan teori dan praktek dan penerapannya menghasilkan pengalaman yang sangat berharga. Jadi teori dan praktek sama pentingnya. Jangan pernah bilang ah itu kan teori.
5. Jangan terlalu berani dalam mendesain pondasi, mengapa? Karena tanah di bawah tidak terlihat.
6. Cari senior advisor
Dalam proyek besar dan beresiko selalu penting untuk mencari pendapat pihak ke tiga sebahai advisor atau checker untuk desain. Ini agar tidak ada yang luput dari perhatian kita.
Begitu beberapa catatan saya.
Salam Geoteknik
GTL, 210905