Matras Bambu untuk Membangun Jalan

Jaman tahun 89-92 dulu saya menggunakan batang pohon kelapa sebagai landasan hauling road di Riau, di Hudbay Oil, di Banjarmasin dengan di atasnya digelar geotextile. Sistem dengan landasan kayu ini dulu kami sebut corduroy system. Tahun 2003 atau 2005 (lupa persisnya) membantu salah satu BUMN mendesain struktur pemecah gelombang di daerah Labuan, Banten dengan menggunakan 3-5 lapis bambu di atasnya juga dipasang geotextile. Tahun 2015-16 menggunakan kayu galam dikombinasi dengan Geotube di Bontang untuk membangun dike daerah reklamasi.

Mengapa batang kelapa, bambu dan kayu galam? Karena:

  1. kayu itu berat jenisnya lebih kecil dari air, jadi punya efek apung yang bisa mengurangi tekanan terhadap tanah dasar yang umumnya berupa tanah lunak yang timbul akibat beban timbunan badan jalan diatasnya. Jadi dapat mengurangi penurunan jalan.
  2. kayu/bambu mempunyai serat serat yang cukup baik untuk menahan gaya tarik sehingga dalam batas tertentu bisa menahan gaya axial (dari kekakuan, EA, axialnya) dan gaya momen (darI kekakuan, EI, momen) yang dapat timbul akibat beban dan penurunan, dengan demikian dapat mengurangi differential settlement.
  3. muka air pada tanah lunak (juga di rawa, apalagi dipantai dangkal) umumnya cukup tinggi dan ini berakibat kayu/bambu yang dibentuk sebagai matras selalu terendam air, dengan demikian praktis dapat berumur panjang tanpa mengalami pembusukan.

Ketiga efek itu sangat baik untuk mendukung beban badan jalan, mengurangi penurunan dan meratakan penurunan.

Geotextile, biasa menggunakan jenis non-woven, berfungsi mencegah intrusi tanah lunak ke tanah timbunan di atas matras kayu/bambu. Juga mencegah kehilangan tanah timbunan yang dapat turun ke tanah lunak melalui celah celah rangkaian kayu/bambu.

Satu syarat lain rangkainan matras kayu/bambu ini harus terangkai baik agar tidak  tercerai berai saat tanah timbunan di twmpatkan di-atasnya. Hal lain adalah penempatan timbunan harus dilaksanakan sedemikian agar sedapat mungkin segmen segmen matras bambu turun berbareng.

Jalan tol Semarang Demak yang melalui laut pantai dibangun dengan menggunakan matras bambu beberapa lapis, berdasarkan prinsip di atas. Timbunan di atasnya kabarnya ada yang mencapai 14m. Akibatnya dapat timbul gaya tarik yang besar pada bambu. Nah  sambungan sambungan rangkaian mattras bambu dapat merupakan titik lemah, karena itu perlu dikombinasi dengan geogrid berkuat tarik tinggi agar menjamin keutuhan dan kerja sama rangkaian bambu secara keseluruhan. Di samping itu tentu tetap diperlukan non-woven geotextile di atas rangkaian matras bambu. Geotextile ini sebagai separator antara tanah dasar dan tanah timbunan.

Secara geoteknik sistem matras kayu (corduroy) dan matras bambu ini merupakan sistem yang sangat baik untuk diterapkan di tanah lunak.

Secara lingkungan sejauh penggunaan bambu yang sangat masif dapat tersedia tanpa merusak kesinambungan hutan bambu.

Demikian sekedar penjelasan penggunaan matras bambu.

Salam Geoteknik,

GTL, 221109, 21:56WIB