Kritik, Mengeluh, Cengeng?

Saat saya menulis tentang beban admin dosen yang super banyak, honor yang rendah, dan soal isian pengakuan angka kredit (PAK) atau beban kerja dosen (BKD), juga kewajiban dosen jurusan teknik ikut sekolah PPI untuk mendapatkan STRI (Surat Tanda Registrasi Insinyur) berbiaya cukup tinggi dibanding honor dosen yang tidak relevan bagi dosen yang tidak menjalankan praktek keinisnyuran di proyek, ada komen sinis dari seseorang yang juga jurusan teknik sbb: "Cengeng, Gidak ikhlas! Gak suka? Berhenti saja jadi dosen!"

Berikut jawaban saya:

Rasanya komentar seperti itu adalah komen orang-orang yang tidak mau berusaha memahami apa yang sedang dialami para dosen dan apa esensi yang sedang disuarakan.

Gak suka jadi dosen, mundur saja. Gak ikhlas jadi dosen keluar saja. Itu komentar seenak perut!!

Kami berjuang dan kami mengajar karena cinta pada pengajaran. Ada passion kami di dunia pendidikan. Kalau tidak ikhlas tidak mungkin terus menerus jadi dosen sejak akhir 1984, hingga kini sudah 38 tahun lebih, sudah lebih 60% usia saya!! Lagi pula tulisan "protes" saya sudah tidak lagi bermanfaat bagi saya yang sudah mau memasuki usia pensiun, yang bukan dosen tetap dan bukan dosen yang menerima uang tunjangan pemerintah!

Namun tidak berarti kami harus diam saja bila terjadi keanehan_ keanehan yang tidak perlu dalam dunia kerja dosen!!!

Saya tidak pernah menghitung honor yang saya terima dari mengajar. Selalu saya terima dalam account terpisah. Dan uang mengajar itu saya pakai untuk beli buku untuk seminar, untuk meningkatkan kembali pengetahuan saya. Yang juga lalu saya ajarkan ke siswa tanpa ada yang disembunyikan. Jadi bukan untuk biaya hidup saya dan keluarga!

Kalau saya menulis soal honor dosen, itu karena saya merasa prihatin dengan sistem pendidikan yang tidak mendorong dosen di kampus dan meneliti. Karena honor rendah maka dosen banyak yang menghilang saat dia seharusnya mengajar. Tidak seperti di Thailand, di Singapore, di Australia, di Canada dan di Hong Kong dimana saya pernah melihat langsung. Disana dosen berjadwal tetap dan super jarang "lari" dari jam tugasnya di kampus demi mroyek di luar. Kalau mereka terlibat di proyek umumnya itu terkait penelitian dengan dunia industri!! Bukan untuk cari duit tambahan.

Kalau dosen terlalu sering mroyek maka tugas di kampus untuk mendidik dan meneliti menjadi sangat kurang dihayati dan kurang waktu. Pernahkah anda yang masih atau pernah jadi mahasiswa mengalami hal dimana dosen sering absen karena mroyek? Bagaimana komen anda saat itu kalau anda memang mahasiswa yang benar-benar ingin belajar? Kecuali anda mahasiswa yang memang hanya ingin asal lulus dengan mudah!! Bukankah jika dosen sering absen akan berakibat jam dan mutu ajar-nya menurun?

Sejak SMP darah guru sudah mengalir di saya dan seorang adik saya. Saya sudah mulai membantu memberi bimbingan kepada teman-teman. Papa mama, uwak, bibi kami adalah guru-guru dan kepala sekolah di sekolah Mandarin dulu hingga saat 1996 sekolah ditutup oleh Orba.

Saya dan adik no 5 menjadi dosen. Kami khusus mengajar setiap Sabtu. Sejak 1984 dimana kita semua dulu Sabtu juga harus bekerja, tidak seperti sekarang Sabtu libur. Nah, saya selalu nego dengan perusahaan bahwa Sabtu saya tidak masuk kerja di perusahaan, karena Sabtu saya mau mengajar dan kalau kampus libur ya saya belajar dan bos selalu mengerti dan menyetujui. Setelah usaha sendiripun sampai sekarang Sabtu adalah waktu mengajar atau belajar.

Saya menjalani azas Give Back To The Society by educating young generation with what I am good at! That is Geotechnical Engineering!

Asal tahu saja mengajar di S2 pun honor hanya berkisar Rp. 375ribu per jam, yang kalau harus pergi ke kampus yang berjarak 150km itu dipotong biaya bolak-balik dan makan praktis hampir tak bersisa. Jauh lebih kecil daripada yang saya terima dari menyelenggarakan webinar! Namun, saya tetap menjalani, dan itu sudah berlangsung 39 tahun!!

Jadi kalau saya bersuara dan menulis bukan soal cengeng atau tukang mengeluh! Namun agar dunia pendidikan kita lebih baik. Karena guru dan dosen adalah kunci kemajuan suatu bangsa!!! Jadi jangan lagi dibebani dengan pekerjaan admin yang sangat menyita waktu!! Janganlah guru dan dosen diperlakukan dengan slogan kosong berbunyi pahlawan tanpa tanda jasa Ingat, guru dan dosen adalah pendidik anak cucu kita semua.

Tetap tidak sependapat? Tidak apa, silakan ber-opini.

Salam Sejahtera, MMB

GTL, 230415-07:06 WIB