Diributkan harga soil test terlalu murah, soil test 4 titik lapiran jadi 9 titik, karang mengarang data, data konsolidasi sama persis padahal beda lokasi, sondir bilang tanah keras 27m nyatanya tiang hanya masuk 5m.
Dikatakan diperlukan standar harga (dan tentunya mutu).
Masalah ini memang sangat memprihatinkan. Ini yang parah.
Saya kira2 10 atau 14 tahun lalu (lupa tepatnya) pernah mengumpulkan perusahaan soil test bersama pak Chandra. Kami mengusulkan agar ada standar minimum harga. Saat itu kami berdua mengumpulkan mereka atas nama organisasi profesi.
Usul kami, dijawab oleh seseorang yang lebih senior pemilik perusahaan soil test dengan arogan: "Biar saja bersaing, yang gak kuat biar tutup. Pak Gouw bukan pengusaha sih, belum pernah punya bisnis."(he he dia sok tahu dalam hal ini).
Akhirnya, hasil meeting? NOL BESAR.
Ada komentar: "Saya ikut itu pak. Cuma memang seakan2 melompat kita belum ada standar mutu sudah disuruh ngisi harga. Apa yang membedakan 300/m saya dan 300/m dia?"
Nah kalau soal di atas itu asalah soal teknis yang bisa dibahas. Yang susah adalah KEMAUAN untuk punya standar harga minimum kalau sudah tak ada ya susah.
Perusahaan test tanah mestinya tidak boleh murni dari sisi bisnis tanpa menjaga standard minimal.
Bayangkan kalau perusaahan test darah dan kesehatan lainnya banting-banting harga dan tipu menipu atau mengarang hasil.
Disinilah ETIKA MORAL dan ETIKA PROFESI penting banget.
Janganlah kita para enjinir membuat DAGELAN macam perkara perkara yang sering muncul di media, ramai beberapa hari, minggu atau bulan, lalu lenyap tanpa solusi.
Hayo, kita jangan ikut2an banting membanting harga. Nanti salah2 patah tulang loh. He he he...
Salam Geoteknik
GTL, 220823